Cerita Dari Surat Kabar Oetoesan Hindia

[AADC — Ada Apa Dengan Comunication]

Noor Faaizah
4 min readMay 25, 2022

Hai teman pembaca sekalian, akhirnya saya kembali menuliskan edisi AADC ini. Dalam edisi kali ini, sebenarnya saya terinspirasi dari kuliah yang saya dapatkan siang tadi mengenai dosen tamu dari salah satu perusahaan penerbitan buku. Dari kuliah tadi, saya menyadari bahwa dalam lingkup karier dunia komunikasi tidak hanya sekedr berbicara, menulis, dan menderngar. Namun, juga bagaimana serta dimana proses-proses itu dilakukan, melalui apa. Yup, melalui bantuan media tentunya.

Media Sebagai Sarana Interaksi

Berinteraksi dengan sesama makhluk sosial sudah seperti kebutuhan sehari-hari. Interaksi inilah yang membentuk proses pertukaran pikiran yang mengandung makna atau kita istilahkan dengan proses komunikasi yang melibatkan antara dua pihak individu, dari sender dan receiver. Jika pada zaman dahulu proses komunikasi ini dilakukan secara langsung atau tanpa perantara alias face-to-face, maka tidak dengan sejak ditemukannya mesin cetak Gutenberg pada 1450 di Mainz, Jerman.

Pada masa itu, revolusi industri terjadi dan percetakan besar-besaran mulai dari buku hingga surat kabar yang pengaruhnya tidak hanya di Eropa namun menyebar dan terus berkembang hingga asia. Terlebih Belanda pada tahun 1615, masa pemerintahan Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen, membawa pengaruh teknologi ini dan mengenalkannya pada penduduk Indonesia melalui penerbitan surat kabar pertama berjudul Memorie de Nouvelles sehingga berkembang di Hindia-Belanda. Hal ini lah yang menjadi awal mula surat kabar sebagai media komunikasi di Indonesia.

Media komunikasi secara sederhana dapat kita artikan sebagai alat untuk berkomunikasi, wadah menyampaikan pesan, baik berupa ide, gagasan, serta opini. Wadah ini sangat dibutuhkan untuk mempermudah penyampaian pesan, khususnya pada khalayak luas atau massa.

Penggunaan media komunikasi sudah dimanfaatkan sejak dahulu kala baik secara global dan khususnya di Indonesia. Salah satu media komunikasi populer di Indonesia pada masa Hindia-Belanda berbentuk surat kabar, adalah Surat Kabar Oetoesan Hindia

Tentang Surat Kabar Oetoesan Hindia

Surat Kabar Oetoesan Hindia dibentuk dibawah naungan Sarekat Islam, Organisasi Pergerakan Nasional. Sarekat Islam sendiri dipimpin oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang juga menjabat sebagai hoofdredacteur atau pimpinan redaksi. Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau dikenal dengan sebutan HOS Cokroaminoto disebut sebagai guru bangsa karena perannya dalam membangun bangsa Indonesia di era kolonialisme Belanda. Sosok kelahiran Madiun, 16 Agustus 1882 juga guru dari tokoh-tokoh besar seperti Ir. Soekarno, Kartosuwiryo, Musso, Alimin, Darsono hingga Semaun.

Peran sebagai guru besar beliau bangun dari pembentukan Sarekat Islam 1912 dari ajakan Haji Samanhudi, pendiri sebelumnya. Pengikut Sarekat Islam yang sangat besar terjadi dikarenakan luasnya pengaruh dari kesempatan untuk bergabung di dalam organisasi tersebut karena tidak terbatas kedudukan atau gelar sehingga rakyat-rakyat kecil dapat bergabung. Pengaruh yang luas ini juga dimanfaatkan HOS Cokroaminoto untuk membentuk sebuah pergerakan melalui media massa berbentuk surat kabar yang disebut Surat Kabar Oetoesan Hindia

Surat Kabar ini awalnya dibentuk oleh Hasan Ali Soerati pendiri NV Setija Oesaha, pedagang keturunan Arab, pada Desember 1912. Kemudian Hasan Ali kemudian mengajak HOS Cokroaminoto untuk bergabung bersama karena melihat bagaimana pengaruh HOS Cokroaminoto dalam membuat pemerintah kolonial Belanda tidak berkutik dalam melancarkan aksinya. Terlebih beliau dikenal jago berorasi, propaganda, dan membakar emosi massa.

Haji Oemar Said Tjokroaminoto

Oetoesan Hindia berhasil terbit lima kali seminggu dengan harga langganan sebesar 20 gulden. Dengan besaran angka ini juga berhasil membangun Oetoesan Hindia yang semakin kuat dengan penyajian konten yang semakin berani khususnya kepada negara kapitalis besar. Tokoh-tokoh besar berkontribusi dalam kepenulisan surat kabar ini antara lain Ir. Soekarno, Samsi dari Semarang, Abdul Muis, dan Haji Agus Salim yang sangat berpengaruh di Sarekat Islam. Dari sekelompok penulis hebat itu maka bisa dibayangkan betapa kuatnya surat kabar ini.

Guna mendampingi HOS Cokroaminoto yang belum berpengalaman dalam jurnalistik, Hasan Ali menunjuk Tirtodanudjo sebagai mede-redacteur (redaktur). Tirtodanudjo sendiri merupakan mantan pegawai Volkslectuur (lembaga pemerintah kolonial yang bertugas menerbitkan buku-buku bagi pribumi dan mengawasi surat kabar pribumi, China, serta Melayu). Dengan bantuan Tirtodanudjo dan segenap dukungan pengikut Sarekat Islam, HOS Cokroaminoto resmi menjadi direktur Setija Oesaha, induk Oetoesan Hindia dengan dibelinya saham milik Hasan Ali pada tahun 1913 dan mulai dari saat itu juga Surat Kabar Oeoesan Hindia resmi dipimpin HOS Cokroaminoto.

Akan tetapi sangat disayangkan, Oetosan Hindia tutup ketika Sarekat Islam berada dalam masalah dengan perpecahannya menjadi dua kubu dan HOS Cokroaminoto dalam penahanan oleh pemerintah kolonial.Surat kabar ini boleh tamat riwayatnya tetapi para penulis tidak berhenti bergerak. Beberapa tahun kemudian, lahirlah koran baru yang bernapas sama seperti Fadjar Asia pada tahun 1926–1928 dengan Kartosoewirjo sebagai direkturnya

Daftar Pustaka

Matanasi, P. (2019). Hikayat Peneleh yang Menetaskan Banyak Tokoh Pergerakan. Diakses melalui https://tirto.id/hikayat-peneleh-yang-menetaskan-banyak-tokoh-pergerakan-dJd8

Peneleh Research Institute. (2021). Oetoesan Hindia: Telaah Pemikiran Kebangsaan. Jurnal Telaat Pemikiran Kebangsaan, 3(1), 1–5. Diakses melalui http://www.journal.rumahpeneleh.or.id/index.php/oh

Teguh, I. (2019). Kartosoewirjo dan pandnagan politiknya dalam surat kabar fadjar asia. Diakses melalui https://tirto.id/kartosoewirjo-dan-pandangan-politiknya-di-surat-kabar-fadjar-asia-dlC7

Supratman, F. R. (2020). Koleksi surat kabar langka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai sumber penelitian sejarah global. Jurnal Kajian Informasi & Perpustakaan, 8(1), 91. Diakses melalui https://pdfs.semanticscholar.org/dfa4/df78ab895badc61bae7926e260ee68806e53.pdf

--

--

No responses yet